Perbedaan Skor Indeks Halitosis Sebelum dan Sesudah Berkumur Air Rebusan Daun Kelor (Moringa oleifera)

  • Ilmianti Ilmianti Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Muslim Indonesia
  • Rini Pratiwi Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Muslim Indonesia
  • Yusrini Selviani Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Muslim Indonesia
  • Nur Asmah Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Muslim Indonesia
  • Nurul Fahira Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Muslim Indonesia
Keywords: Daun kelor, halitosis, air rebusan

Abstract

Pendahuluan: Kondisi lokal rongga mulut dan/atau sistemik tubuh dapat menghasilkan halitosis. Bahan herbal yang kaya nutrisi seperti daun kelor dapat dimanfaatkan sebagai alternatif obat kumur untuk mengatasi halitosis. Tujuan: Mengetahui perbedaan skor halitosis sebelum dan sesudah berkumur air rebusan daun kelor. Metode: Penelitian ini menggunakan metode eksperimental kuasi dengan desain one group pretest-posttest. Teknik pengambilan sampel menggunakan metode simple random sampling dengan jumlah sampel sebanyak 165 siswa SMP. Pengumpulan data menggunakan alat ukur digital bad breath tester sebelum dan sesudah berkumur air rebusan daun kelor Analisis data menggunakan uji t berpasangan. Hasil: Sampel berjenis kelamin perempuan sebanyak 92 (55,75%) dan laki-laki sebanyak 73 (44,24%). Nilai p sebesar 0,00 yang lebih kecil daripada 0,05 (p-value < 0,05). Kesimpulan: Terdapat perbedaan yang signifikan dalam skor indeks halitosis sebelum dan sesudah berkumur air rebusan daun kelor.

References

1. Aninda R, Purwaningsih E, Siti FU. Pengetahuan masyarakat tentang halitosis dengan menggunakan media instagram di kelurahan arjuna bandung. Indonesian Journal Of Health And Medical. 2022;2(4): 583-95.

2. Irianti R, Karel P, Christy M. Gambaran pengetahuan tentang halitosis pada buruh di pelabuhan manado. Jurnal E-Gigi (Eg). 2015;3(1):26.

3. Yulimatussa’diyah AP, Bintang G P B, Jolinda C D, Radinal S H, Indi M, Minnati M N, dkk. Pengetahuan penanganan halitosis dalam masalah kesehatan mulut. Jurnal Farmasi Komunitas. 2016;3(2):86.

4. Astuti L, Olivia NK. Keterkaitan antara halitosis dengan bakteri penyebab periodontitis. Jurnal Kedokteran Gigi Terpadu. 2023;5(1):236.

5. Eva AFZ, Eva N, Yusrini S, Masriadi, Erna I, Feby F. Pengaruh konsumsi bonggol nanas terhadap penurunan kadar volatile sulfur compound (VSC) pada penderita hipertensi sekunder di puskesmas padongko. Sinnun Maxillofacial Journal. 2020;2(2):42.

6. Andani M, Sumiwi SA. Beberapa tanaman berkhasiat untuk mengatasi halitosis (bau mulut). Farmaka. 2022;20(3):57.

7. Wibowo, Sugiyanto. Pengaruh obat kumur berbahan dasar kelor terhadap kebersihan mulut lansia di panti werda trisno mukti turen. Jurnal Keperawatan Malang. 2022;7(1):10-6.

8. Renvert S, Michael JN, Christophe L, Silvia R, Marja LL. The underestimated problem of intra-oral halitosis in dental practice. Jurnal Dove Press; 2020. hal 254-7.

9. Yuliani NN, Desmira PD. Uji aktivitas antioksidan infusa daun kelor (moringa oleifera, lamk) dengan metode 1,1-diphenyl-2-picrylhydrazyl (DPPH). Jurnal Info Kesehatan. 2015;14(2):1062-3.

10. Marselyna ADE, Riani S dan Vinna KS. Pengaruh obat kumur herbal dengan kandungan zat aktif flavonoid, saponin, dan tanin terhadap halitosis. Oceana Biomedicina Journal. 2022:5(2):180-2.
Published
2024-11-30
Section
Articles